Keutamaan Memaafkan dan Mendoakan Orang yang Berbuat Zalim

Perselisihan antar umat manusia memang sejatinya merupakan perkara yang wajar terjadi. Biasanya, perbedaan menjadi sebab utama dari timbulnya hal tersebut. Entah karena latar belakang, pendapat, ataupun tujuan yang berbeda perselisihan kerap tak bisa dihindari. Hal ini pada akhirnya menyebabkan keretakan dalam sebuah hubungan. Salah menyalahkan antar sesama menjadi fase perselisihan yang berkelanjutan. Namun, dalam Islam kita dianjurkan untuk bisa segera memaafkan.

Ibnu Baththal rahimahullah pernah berkisah,

Pada suatu malam Al-Hasan Al-Bashri berdoa, Ya Allah ampunilah orang yang telah menzalimiku’ beliau banyak mengulang-ulang doa ini. (Esok harinya) Ada orang yang bilang pada beliau, Wahai Abu Sa’id (Al-Hasan), tadi malam saya mendengar Anda mendoakan kebaikan untuk orang yang sudah menyakiti Anda sampai-sampai saya berandai-andai bahwa saya yang menzalimi Anda. Kenapa Anda berbuat seperti itu? Beliau menjawab, Mengamalkan firman Allah, “Barang siapa memaafkan dan melakukan perbaikan maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syura: 40)” (Syarah Shahih al-Bukhari, VI/575)

Sebagian besar perselisihan biasanya terjadi akibat ada pihak yang menzalimi. Hal ini memicu rasa sakit hati orang lain. Kadar dari perasaan tersebut berbeda-beda sesuai dengan cara orang menghadapinya. Beberapa diantara kita ada yang mudah melupakan dan memaafkan. Sebaliknya, ada pula yang cukup sulit bahkan untuk mengingat kembali rasa sakit hati yang pernah dialami. Namun, Islam mengajarkan kita untuk dapat senantiasa memaafkan kesalahan orang lain.

Bukan tanpa sebab, pasalnya ada keutamaan yang bisa kita dapatkan dari hal tersebut. Seperti salah satu kisah dari Ibnu Baththal rahimahullah diatas bahwa salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh Al-Hasan Al-Bashri ketika ia merasa terzalimi adalah mendoakan yang baik-baik terhadap orang tersebut. Doa ini diucapkan dan ditujukan untuk memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap orang yang telah menzaliminya. Hal ini sejatinya mengindikasikan ridha dan maaf.

Ketika kita telah berusaha untuk ridha terhadap kesalahan orang lain, maka Allah pun berjanji akan memberikan pahala atas hal tersebut. Mungkin, cara ini terbilang sukar dilakukan karena melupakan dan memaafkan rasa sakit hati tidaklah mudah. Namun, Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan hamba-Nya yang berupaya untuk melakukan hal tersebut dengan cara memberkahi kehidupannya dengan berbagai kebaikan dan pahala karena telah berlapang dada memaafkan kesalahan orang lain.