Hidup manusia di dunia tidak pernah terlepas dari masalah. Hal ini sejatinya juga merupakan bagian dari ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya, kaum Muslimin dan Muslimat dianjurkan untuk dapat tetap tegar dalam menghadapi ujian yang datang. Meskipun demikian, sejatinya hal ini bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan. Menghadapi masalah dengan ketegaran adalah hal yang sangat menantang.
Namun, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk tidak terlalu lama terlarut dalam kesedihan. Guncangan ketika ujian datang memang terasa sangat berat. Bahkan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga mengatakan bahwa yang paling berat dari masalah adalah ketika guncangan pertama datang. Oleh karenanya, kita dianjurkan agar dapat memperbanyak sabar dan lapang dada agar kesedihan cepat sirna.
Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata,
“Perkara yang telah berlalu tidaklah mungkin teratasi dengan kesedihan. Bahkan harus dengan keridhaan, pujian kepada Allah, kesabaran, dan beriman kepada ketetapan-Nya, serta seorang hamba mengucapkan: “Qaddarallahu wa maa syaa a fa’al (Allah telah menakdirkan dan Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya).” (Zaadul Ma’aad 327/2)
Sangat wajar bila manusia diliputi rasa sedih saat ujian menghampiri. Namun, sedih berlarut-larut sama sekali tidak membantu kita untuk bisa sesegera mungkin menyelesaikan masalah. Dalam menghadapinya, Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah menyarankan kita untuk dapat berusaha ridha dan sabar seperti yang juga disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ridha dan sabar harus diiringi dengan pujian pada Allah.
Tak sekedar sampai disitu saja, saat menghadapi masalah sebaiknya umat Islam harus semakin memperkuat keimanan terhadap segala bentuk ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini harus dinyatakan dengan ucapan ‘Qaddarallahu wa maa syaa a fa’al’ yang berarti ‘Allah telah menakdirkan dan Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya’. Ungkapan ini membantu kita untuk mudah keluar dari kesedihan yang berlarut-larut.