Tanda Allah Menurunkan Rezeki Terbaik bagi Kita

Sebagian besar diantara kita memandang harta sebagai sebuah pencapaian. Hal ini pada akhirnya merubah cara pandang kita terhadap nilai seseorang. Semakin banyak harta yang dimiliki maka semakin tinggi penghormatan terhadap orang tersebut. Bahkan, kekayaan juga menaruh peran besar terhadap adanya kekuasaan. Oleh karenanya, banyak di antara umat manusia yang berlomba-lomba mencari dan menumpuk harta sekaligus memamerkannya.

Pada kenyataannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan rezeki kepada hamba-Nya semata-mata untuk dipergunakan dengan tujuan memperkaya manfaat dan pahala. Rezeki terbaik adalah yang cukup bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup saja tapi juga yang dapat dibelanjakan di jalan yang diridhai oleh Allah. Hal tersebut telah secara nyata disampaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya,

Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba- hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Teliti terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 27)

Kita sering melihat adanya perbedaan taraf hidup seseorang dengan orang lainnya. Tidak jarang, hal ini membuat kita menjadi membedakan mana yang kaya dan mana yang miskin. Pada kenyataannya, keberadaan harta yang ada pada manusia tidak pernah tertukar dan telah diatur sedemikian rupa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun, seringkali kita berpikir bahwa rezeki yang kita terima tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Sejatinya, ada tujuan dibalik keputusan Allah tersebut. Hal ini juga merupakan tanda bahwa Allah Maha Mengetahui keadaan setiap hamba-Nya. Rezeki yang turun pada umat manusia telah diukur sesuai dengan kehendak-Nya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat memahami keadaan masing-masing manusia. Oleh karenanya, rezeki yang kita terima seringkali disesuaikan dengan kebutuhan kita bukan dengan jumlah yang kita inginkan.

Kelapangan rezeki bahkan diyakini merupakan sebab awal dari munculnya perbuatan-perbuatan yang melampaui batas. Biasanya hal ini dimulai dengan tumbuhnya rasa ujub atau bangga terhadap diri sendiri dengan segala harta yang dimiliki. Rasa ini menggiring umat manusia untuk mulai berkuasa sehingga menganggap bahwa dirinya mampu mengatur manusia lain dengan harta yang dimiliki.

Hal ini sejatinya merupakan salah satu contoh dari perbuatan yang melampaui batas tersebut. Oleh karena itu, ketika Allah menetapkan jumlah rezeki untuk kita dianjurkan agar dapat senantiasa mensyukurinya. Hindari bertanya-tanya mengapa milik kita tidak sebanyak milik orang lain. Karena rezeki terbaik adalah yang tidak membuat kita lalai dan mudah melampaui batas.