3 Tanda dan Upaya Memperoleh Keimanan yang Sempurna

Manusia sejatinya bukan makhluk sempurna. Ada banyak kekurangan yang menempel erat dalam diri kita. Sebagian besar diantaranya berhubungan dengan sifat lupa. Hal tersebut membuat manusia mudah berubah. Meskipun demikian, umat Islam dianjurkan agar dapat senantiasa menjaga sikap sebagai upaya untuk mempertahankan keimanan yang telah tertanam baik di dalam hati.

Hal ini sebagaimana Al-Iman Sarriy As-Saqathi (253 H) rahimahullah berkata,

Ada tiga perkara yang bila ketiganya ada pada diri seseorang sungguh imannya telah sempurna yaitu,

1. Apabila dia marah maka kemarahannya tidak mengeluarkan dirinya dari kebenaran.

2. Apabila dia senang maka kesenangannya tidak menjerumuskan dirinya pada kebatilan.

3. Apabila dia punya kekuasaan dia tidak mau mengambil apa yang bukan haknya.” (Shifatus Shafwah 2/381)

Seperti sifatnya yang mudah khilaf, manusia dapat berubah dalam waktu singkat. Oleh karena itu, tidak jarang kita sering menyaksikan orang terdekat atau bahkan kita pribadi yang sedang berusaha memperbaiki diri namun masih sering melakukan kesalahan yang sama. Hal ini sejatinya sangat wajar terjadi dan memang merupakan tanda bahwa manusia tidak sempurna.

Meskipun demikian, umat Islam dianjurkan untuk jangan menyerah dan tetap pada niat untuk menjadi pribadi yang semakin baik kedepannya. Oleh karena itu, kita wajib untuk dapat menjaga tiga perkara sebagai dasar utama dari kekuatan iman. Yang pertama adalah berusaha untuk menjaga amarah agar tidak mengeluarkan diri kita dari kebenaran. Marah sendiri adalah perasaan alami manusia.

Siapa saja dapat merasakannya. Marah adalah bentuk emosi yang meluap akibat hal-hal yang tidak disukai atau dibenci. Meskipun demikian, amarah yang sehat hendaknya harus senantiasa terkontrol. Kita dianjurkan untuk dapat menahan diri agar kemarahan yang dirasakan tidak serta merta membuat kita keluar dari kebenaran dalam situasi dan kondisi apapun.

Selain itu, kita juga perlu mengupayakan untuk dapat hidup dalam keadaan bahagia. Meskipun demikian, hendaknya kebahagiaan kita tidak berlebihan dalam merasakan kebahagiaan hingga akhirnya menjerumuskan pada kebatilan. Hal ini terjadi lantaran ketika mendapat kesenangan, seseorang sering kali dilanda perasaan tidak puas yang pada akhirnya membuat kita mencari lebih.

Rasa tidak puas ini kerap membuat seseorang menjadi gemar mengambil apa yang bukan menjadi haknya. Terutama ketika memiliki kekuasaan, keinginan untuk merampas milik orang lain semakin besar. Oleh karenanya, umat Islam dianjurkan untuk dapat menjaga diri dari tiga keadaan tersebut. Tujuannya adalah untuk menjaga iman yang sempurna tetap di hati kita.