Tujuan Allah Mendatangkan Penyakit dan Musibah pada Hamba-Nya

Seringkali bersusah payah dalam menjaga kesehatan tapi apa daya kondisi tubuh tetap saja kadang justru kerap mengalami penurunan. Bahkan, tidak jarang kita juga sering bersikeras untuk memastikan kelancaran hidup namun musibah justru datang tiba-tiba. Semua keadaan ini memang tidak pernah kita harapkan tapi sejatinya menjadi bukti kuat bahwa manusia hanya bisa berencana. Hasil akhirnya hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berhak menetapkannya. Bukan tanpa sebab, pasalnya setiap ujian yang dilalui manusia baik lewat kesehatan atau musibah selalu ada maksud dan tujuan di baliknya. Hal ini sebagaimana Abdul Malik bin Abjar pernah mengatakan,

Tidaklah ada seorang manusia pun melainkan pasti dia akan diuji dengan kesehatan untuk membuktikan apakah dia bisa mensyukurinya. Atau điuji dengan musibah untuk membuktikan apakah dia akan bersabar dalam menghadapinya.” (Shifatush Shafwah 3/123)

Penyakit yang sejatinya merupakan tanda dari gangguan kesehatan adalah bagian dari ujian yang Allah turunkan. Begitu pula dengan musibah yang terjadi tiba-tiba meski kita telah berusaha menghindarinya adalah ketetapan Allah yang wajib kita terima. Keduanya hadir semata-mata untuk mengembalikan kesadaran kita terhadap kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika tubuh kita harus menderita karena kondisi penyakit tertentu, sejatinya merupakan ujian bagi kita sendiri apakah selama ini telah mensyukurinya dengan sebaik mungkin. Kadangkala, kita terlalu ceroboh bekerja sangat keras dan merasa sombong bahwa kita bisa melakukan banyak hal.

Tidak jarang, kita pun enggan beristirahat lantaran sibuk menumpuk-numpuk harta kekayaan. Pada kenyataannya, kita semua memiliki keterbatasan. Kita wajib mengakuinya dan melakukan perawatan yang terbaik bagi diri kita sebagai tanda syukur atas nikmat sehat yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Begitu juga dengan kehadiran musibah dalam hidup kita sejatinya merupakan cara bagi Allah untuk membuktikan apakah kita telah mampu bersabar dalam menghadapinya. Kesabaran dan sikap lapang dada adalah dua cara paling utama dalam menghadapi musibah. Bahkan, sebaik-baiknya kesabaran adalah yang terletak pada goncangan pertama.

Jika di awal waktu datangnya musibah kita telah mampu menerapkan sikap sabar, maka kedepannya kondisi buruk ini akan mudah dilalui. Bersabar dalam menghadapi musibah juga merupakan hal yang terbilang utama. Selain merupakan tanda kejujuran iman, sikap positif ini juga dapat mengangkat derajat kita sekaligus menghapuskan dosa-dosa. Tak hanya itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga akan menurunkan pahala yang besar, kebaikan, dan keberkahan dalam hidup kita. Bersabar dalam menghadapi musibah juga dapat membantu kita untuk tidak tenggelam dalam kesedihan dan lebih optimis terhadap masa depan. Begitulah sejatinya tujuan Allah menguji kesehatan dan musibah yang terjadi di dalam hidup manusia.