Harta mungkin saja merupakan salah satu hal yang dibutuhkan oleh umat manusia. Bukan tanpa alasan, pasalnya banyak yang percaya bahwa kehidupan yang baik di dunia bisa diperoleh melalui materi. Keyakinan tersebut akhirnya membuat sebagian besar orang mati-matian bekerja dengan keras bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup saja tapi juga untuk menumpuk pundi-pundi rupiah. Hal ini dilakukan lantaran adanya perasaan takut akan kemiskinan. Tidak jarang, akibat begitu takut tidak memiliki apa-apa banyak di antara manusia yang rela melakukan hal-hal haram.
Pada hal, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berjanji untuk mendatangkan rezeki bagi hamba-Nya yang bertakwa dan bersabar. Allah bahkan tidak pernah mengancam hamba-Nya dengan kemiskinan kecuali dengan panasnya api Neraka. Hal ini sebagaimana Hatim Al-Asham rahimahullah pernah berkata,
“Janganlah kalian takut akan kemiskinan karena Allah telah menakuti kalian dengan Neraka, bukan menakuti kalian dengan kemiskinan.” (Al-Fawaid wal Akhbar, hal. 152)
Kemiskinan mungkin menjadi momok menakutkan bagi hampir setiap orang. Terkini, masih banyak juga negara yang belum dapat terbebas dari masalah tersebut. Bahkan, teknologi yang semakin berkembang belum mampu benar-benar menghilangkan garis kemiskinan dalam suatu negara. Terlihat perbedaan yang signifikan antara yang miskin dan kaya. Hal ini pada akhirnya membuat sebagian besar orang merasa was-was jika tidak mampu mencukupi kebutuhannya. Terlebih lagi kekhawatiran akan kemiskinan semakin tinggi akibat tren ‘kehidupan sultan’ yang akhir-akhir ini menggelisahkan.
Bagaimana tidak? Trend tersebut membuat orang sangat takut terlihat dan dianggap tak mampu. Hal ini pada akhirnya membuat sebagian besar di antara kita berjuang keras untuk dapat terlihat kaya meski memanfaatkan cara tidak halal. Sebegitu besarnya pengaruh ketakutan terhadap kemiskinan hingga membuat orang rela menempuh jalan haram hanya untuk dianggap berada. Pada kenyataannya, kemiskinan dalam Islam meski memang menimbulkan kekhawatiran tapi tidak perlu menjadi beban yang begitu menakutkan. Bukan tanpa alasan, pasalnya Allah Maha Pengatur Rezeki.
Baik yang kaya atau yang miskin, rezeki mereka diatur sebaik mungkin oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya, kita tidak perlu merasa khawatir dengan rezeki yang kita anggap sedikit. Pasalnya, Allah tahu yang terbaik untuk kita dan bisa jadi yang sedikit itulah yang justru membawa berkah. Sebaliknya, hal yang perlu kita takutkan adalah masa depan yang suram di akhirat. Kita memahaminya dengan Neraka, yakni tempat terakhir bagi manusia yang senang melanggar aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tindak tanduk kitalah yang menentukan nasib akhir kita bukan banyak tidaknya harta yang kita miliki selama hidup di dunia.
Maka dari itu, sepatutnya bagi kita untuk melepas kekhawatiran tentang harta. Sebanyak apapun simpanan yang kita miliki tidak akan pernah bisa kita bawa mati. Sebaliknya, semakin banyak harta justru semakin membuat kita kerap merasa khawatir akibat takut kehilangan yang dimiliki. Oleh karenanya, umat Islam perlu menjaga ketakwaan dan keimanan agar tidak terlalu fokus pada upaya menumpuk harta saja. Sebaliknya, kita perlu menerapkan langkah yang tepat dalam membelanjakan harta di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memeroleh ridha-Nya dan juga dapat memberikan manfaat baik untuk kehidupan kita di akhirat kelak.