Perbedaan yang Ditemui Ketika Berharap pada Allah dan Manusia

Kehidupan manusia sejatinya tidak pernah luput dari peluang munculnya masalah. Bukan tanpa alasan, Pasalnya terdapat banyak pihak dengan berbagai macam latar belakang yang tentu saja tidak dapat diperlakukan sama. Ada yang extrovert, ada pula yang introvert. Dalam hal ini tidak ada satu pun orang yang bersalah hanya saja diperlukan upaya untuk saling memahami perbedaan yang ada. Meski pun demikian, tidak semua di antara kita benar-benar mampu melakukannya. Oleh karenanya, masalah dapat tetap timbul dalam kehidupan setiap manusia. Sayangnya, kita kerap mengesampingkan hal yang utama.

Karena keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak nyata, pada akhirnya kita berfokus diri hanya pada harapan terhadap manusia semata. Pada kenyataannya, Allah adalah yang paling rida dan teramat mencintai hamba-Nya apa pun dosa dan kesalahan yang dibawa oleh hamba tersebut. Oleh karenanya, ketika kita tengah berhadapan dengan masalah jadikanlah Allah Ta’ala yang pertama yang akan kita buat sibuk untuk mengurusi permasalahan tersebut. Bukan tanpa sebab, pasalnya berharap pada manusia sama saja dengan berusaha membuat diri kita terlihat hina. Ibnul Jauzi rahimahullah pernah berkata,

Setiap kali engkau memohon kepada Allah Ta’ala, engkau pun akan mulia di hadapan-Nya, Allah rida kepadamu dan mencintaimu. Adapun manusia, setiap kali engkau meminta kepadanya, engkau akan hina, dia pun marah dan membencimu.” (Madarijus Salikin 2/13)

Ibnul Jauzi rahimahullah menjelaskan perbedaan yang akan kita temui antara berharap pada Allah dan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu merindukan waktu-waktu hamba-Nya yang dipergunakan untuk bermanja-manja kepada-Nya. Allah begitu terbuka dengan seluruh manusia meski mereka berkali-kali melakukan kesalahan yang sama. Namun, ketika penyesalan tersebut datang dan kita pun mengharapkan ampunan juga pertolongannya maka Allah akan senantiasa rida, Maha Mengampuni, lagi pandangan-Nya terhadap diri kita selalu mulia. Begitulah kebaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada setiap hamba-Nya.

Sebaliknya, berharap pada manusia hanya akan membuat diri kita jauh terlihat hina. Memohon-mohon pertolongan dan kebaikan manusia tidak selalu bisa kita dapatkan. Bukan tanpa alasan, pasalnya sifat khas dari manusia adalah lupa. Hal tersebut kerap membuat mereka berbangga diri sehingga mudah marah dan membenci orang yang meminta kebaikan hatinya. Sulit bagi manusia untuk berbuat tulus. Sekecil-kecilnya perasaan tulus tersebut tetap saja terdapat ujub di dalam hatinya karena merasa bermanfaat bagi manusia lainnya. Oleh karena itu, berhentilah berharap pada manusia melainkan hanya pada Allah Ta’ala semata.