Makanan menjadi sumber nutrisi utama yang diperlukan tubuh kita. Bukan tanpa alasan, pasalnya beragam jenis bahan pangan yang tersedia di bumi ini menawarkan nutrisi sekaligus manfaat yang berbeda-beda. Gandum mengandung karbohidrat kompleks yang baik untuk mempertahankan energi. Sayur mayur dan buah-buahan memberikan ragam vitamin juga mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Sementara, jenis daging-dagingan yang dihasilkan dari hewan ternak mampu memenuhi kebutuhan protein. Meski pun baik bagi kesehatan, beberapa kondisi tubuh manusia justru menjadi penghalang bagi nutrisi-nutrisi tersebut untuk masuk menjalankan perannya.
Hal ini lantaran tidak semua jenis bahan pangan benar-benar cocok untuk dikonsumsi tubuh. Bahkan beberapa jenis di antaranya sulit didapatkan lantaran harganya yang kelewat mahal seperti daging sapi. Pada kenyataannya, tubuh kita memerlukan nutrisi yang terkandung di dalamnya untuk memaksimalkan kinerja tubuh secara menyeluruh. Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk tetap memeroleh nutrisi yang sama? Beberapa ahli menawarkan metode diversifikasi pangan. Langkah ini nyatanya juga menjadi cara yang telah dilakukan oleh umat di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana diketahui dalam suatu hadist dari Sahl bin Sa’d yang berkata:
“Di tempat kami ada seorang wanita yang menanam ubi di sela-sela selokan kebunnya. Jika hari Jum’at tiba, dia mencabut pohon ubinya lalu direbusnya dalam periuk yang dicampur dengan segenggam gandum. Rebusan ubi dijadikan sebagai makanan pengganti sepotong daging. Setelah kami selesai melaksanakan shalat Jum’at, kami datang ke rumah wanita itu. Kami masuk mengucapkan salam lalu dia menyuguhkan makanan ubinya itu kepada kami, maka kami pun memakannya. Kami selalu mengharapkan kehadiran hari Jum’at karena ada makanan yang disuguhkannya itu.” (Shahih Bukhori: 886)
Hadist di atas menjelaskan tentang salah satu kisah yang pernah dialami oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat tentang pengalaman menyantap hidangan yang terbuat dari umbi-umbian. Hidangan tersebut adalah masakan seorang wanita berbahan dasar dari gandum dan ubi yang ditanamnya sendiri. Para sahabat bersaksi bahwa rebusan ubi dihidangkan sebagai pengganti sepotong daging. Mereka bersama-sama memakannya selesai melaksanakan shalat Jum’at. Hal ini lantaran sang wanita kerap bersedekah dengan hidangan tersebut pada hari Jum’at. Kisah tentang pengalaman menyantap hidangan ubi sebagai pengganti daging ini diyakini merupakan salah satu bentuk diversifikasi pangan yang telah ada sejak zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Diversifikasi pangan sendiri sejatinya merupakan cara untuk memperluas variasi jenis bahan pangan yang dimanfaatkan sehari-hari. Tujuannya adalah agar manusia dapat mengonsumsi aneka bahan pangan baik yang hewani mau pun nabati. Hal ini juga memiliki arti bahwa pangan yang dikonsumsi tidak terbatas pada satu atau dua jenis saja. Tak hanya itu, diversifikasi pangan juga dimaksudkan agar manusia memperoleh keragaman nutrisi. Semakin kaya nutrisi yang dikonsumsi maka zat gizi yang diserap tubuh pun semakin luas dan maksimal. Dengan mengaplikasikan metode diversifikasi pangan ini diharapkan bahwa kita terutama umat Islam dapat hidup semakin sehat dan kuat sesuai dengan pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar menjadi hamba yang disukai Allah Subhanahu wa Ta’ala.