Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling beruntung di dunia. Bukan tanpa sebab, pasalnya manusia dikaruniai dengan kelengkapan bentuk fisik juga akan pikiran. Hal ini membuat kita tak sekedar mampu hidup mandiri saja tapi juga membina hubungan dengan sesama. Sayangnya, manusia bukanlah ciptaan Allah yang sempurna karena selalu terselip khilaf dalam setiap perbuatan dan tutur katanya. Sering kali hal ini memengaruhi kegigihan dan semangat kita untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meski sejatinya hal tersebut wajar terjadi, namun perlu kita cermati agar semangat ibadah tidak mudah luntur begitu saja karena hal sepele.
Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya untuk mendukung diri sendiri agar selalu bersemangat menunaikan ibadah apa pun keadaan yang dialami. Setidaknya terdapat tiga langkah sederhana yang apa bila dipraktikkan dengan tepat diharapkan dapat memunculkan kembali keinginan beribadah yang sempat pudar. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengingat bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Pemberi Rezeki. Rezeki dapat berupa segala hal baik yang kita terima untuk mendukung kehidupan kita di dunia. Bahkan kekuasaan Allah dapat mendatangkan rezeki dari arah yang tak pernah disangka-sangka. Allah Ta’ala pun telah berjanji untuk memberikan rezeki pada hamba-Nya selama ia bertakwa.
Hal ini sebagaimana diketahui dalam sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jika kamu bertawakal kepada Allah dengan sebaik-baiknya, maka Allah akan memberikan rezeki sebagaimana Dia berikan kepada burung, ia keluar pada waktu pagi dalam keadaan perut yang kosong dan pulang petang dengan perut kenyang.” (HR. Ahmad)
Selain itu, langkah kedua yang dapat dilakukan untuk memelihara semangat beribadah adalah dengan senantiasa menatap pada kaum duafa sekaligus lebih sering bergaul dengan mereka. Kaum duafa sendiri adalah golongan orang-orang yang berhak atas harta yang Allah Subhanahu wa Ta’ala titipkan pada kelebihan rezeki kita. Mereka adalah orang yang hidup dalam situasi serba terbatas, baik secara fisik, finansial, dan semacamnya. Memperhatikan keadaan hidup mereka dapat membantu kita untuk senantiasa bersyukur dan semangat beribadah. Tak hanya itu, mengenal dan bergaul dengan kaum duafa juga diharapkan dapat memunculkan rasa simpati pada sesama. Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk (rupa) lal kholql, maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Langkah terakhir dan tak kalah penting adalah senantiasa mengingat salah satu sirah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kenikmatan hidup di dunia yang sebenarnya. Hal tersebut dapat kita ketahui dari sabda beliau yang berbunyi sebagai berikut ini,
“Barang siapa yang di pagi hari sehat badannya, tenang jiwanya dan dia mempunyai makanan di hari itu, maka seolah-olah dunia ini dikaruniakan kepadanya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Banyak manusia yang lupa tentang nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kebanyakan di antara kita hanya sibuk mencari hal yang belum dimiliki sehingga dengan mudah kufur terhadap pemberian-Nya. Pada kenyataannya, seseorang sudah dianggap sangat beruntung apa bila ia memiliki tiga hal di dalam hidupnya seperti yang tertulis pada hadist di atas. Nikmat yang sebenarnya dan wajib kita syukuri adalah keadaan sehat badan, perasaan yang tenang dan aman, juga memiliki rezeki pangan untuk dikonsumsi bersama keluarga. Jika tiga hal ini telah kita miliki, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan bahwa sejatinya kita telah memiliki dunia beserta isinya. Dengan menyadari betapa besarnya nikmat yang Allah beri maka akan membuat selalu berusaha memelihara ibadah.