Kepribadian sering kali menjadi faktor utama dari keberhasilan seseorang. Bukan tanpa alasan, pasalnya kepribadian sendiri sejatinya merupakan gabungan dari latar belakang, sikap, dan juga kebiasaan yang dilakukan. Oleh karena itu, kesuksesan seseorang juga dapat ditentukan pada kepribadian yang tertanam di dalam dirinya. Hal ini menandakan bahwa kepribadian kita memiliki pengaruh besar terhadap hidup kita secara keseluruhan. Agar bisa menghasilkan masa depan sesuai dengan yang diinginkan, kita juga perlu menghindari diri dari berbagai sikap yang dapat meruntuhkan kepribadian yang berkualitas, salah satunya adalah dengan menghentikan kebiasaan-kebiasaan yang mencerminkan kebodohan.
Hal ini sebagaimana Abu Darda’ Radhiyallahu ‘Anhu yang pernah berkata bahwa sejatinya terdapat tiga tanda tercerminnya kebodohan dalam diri seseorang. Yang pertama adalah banyak bicara dalam hal yang tidak bermanfaat. Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita sudah sering mendengar ungkapan ‘tong kosong nyaring bunyinya’ bukan? Ya, ungkapan ini sejatinya memiliki makna mendalam terkait sebutan bagi orang-orang yang hobi berbicara tanpa tujuan atau manfaat tertentu. Bukan tanpa sebab, pasalnya orang-orang jenis ini sendiri pada dasarnya tidak memiliki tujuan hidup sehingga mereka senang memanfaatkan waktu luang dengan banyak bicara.
Sebaliknya, orang-orang yang senang menata rencana serta mewujudkannya akan sangat sibuk dengan urusan dirinya sendiri. Hal ini membuat mereka tidak punya banyak waktu untuk omong kosong atau pembicaraan tanpa tujuan. Tak hanya itu, tanda lain dari tercerminnya kebodohan dalam diri seseorang juga dapat diketahui ketika mereka gemar membanggakan diri. Segala sesuatu yang dilakukannya harus selalu diketahui oleh orang lain demi memeroleh respons yang diharapkannya. Jika mereka mendapatkannya seketika aura kebanggaan pun menyertai hati dan pikirannya yang biasanya juga terpancar melalui tampilan wajahnya.
Mereka yang gemar berbangga diri juga biasanya kerap meremehkan kemampuan orang lain. Hal ini membuat mereka juga tidak menyukai jika orang lain mampu memeroleh kesuksesan. Terakhir dan tak kalah penting tanda dari adanya kebodohan dalam diri seseorang adalah suka melarang orang lain dari satu perbuatan, namun ia sendiri melakukan. Sebagai contoh, mereka mungkin mendengar sebuah rencana yang akan dilakukan seseorang untuk memeroleh pinjaman dari bank. Tanpa diminta, mereka senang memberikan pendapat atau saran tentang perkara tersebut. Bahkan mereka juga mungkin melarang orang lain untuk melakukannya. Tujuannya adalah agar tidak terjebak masalah hutang piutang.
Namun, alih-alih konsisten dengan apa yang diucapkannya, mereka justru melakukan hal yang sama dengan tujuan yang bahkan di luar dari prediksi. Jika orang lain berhutang kepada bank untuk membangun bisnis, orang-orang bodoh ini justru melakukannya karena terlilit masalah hutang. Sungguh sangat disayangkan bukan pola pikir dan cara hidup yang diterapkan oleh mereka yang masih betah mempertahankan kebodohannya ini? Jika kita telah memahami dampak buruknya, maka ubahlah secara perlahan kebiasaan-kebiasaan yang mencerminkan sikap kebodohan ini. Semoga Allah Ta’ala senantiasa menuntun kita pada jalan yang benar agar dapat memelihara kepribadian yang berkualitas.