Maksiat merupakan salah satu sumber dari dosa dan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala. Umat Islam dilarang mendekati pada perbuatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Meskipun demikian, menghindari maksiat memang bukanlah perkara yang mudah dilakukan. Hal ini terjadi lantaran godaan dan peluang untuk melakukannya sangat besar. Terlebih lagi jika pada diri seseorang terdapat sikap-sikap yang mendukung terlaksananya maksiat, maka sangat mudah untuk hidup terjerat dalam buruknya dampak perbuatan tersebut.
Oleh karenanya, umat Islam dianjurkan agar dapat senantiasa memelihara diri dari sifat dan sikap yang menjadi akar dari maksiat. Hal ini sebagaimana Hatim al-Ashamm rahimahullah pernah berkata,
“Akar terjadinya maksiat dari tiga hal; kesombongan, ambisi, dan dengki.” (Hilyah al-Auliya’ 7/79)
Maksiat mempengaruhi timbangan amal kita di akhirat dimana hasil dari perhitungan amal buruk akan lebih berat. Hal tersebut meningkatkan peluang bagi seseorang untuk masuk ke dalam Neraka. Sayangnya, masih banyak di antara kita yang tak menyadari dengan benar sifat dan sikap yang menjadi sebab utama mengapa mudah terjerumus dalam maksiat. Menurut Hatim al-Ashamm rahimahullah, kesombongan adalah akar pertama dari perbuatan buruk tersebut. Sombong adalah keadaan sikap dimana sulit menerima kebenaran sehingga kerap meremehkan orang lain.
Hal tersebut akhirnya membuat seseorang terlalu bangga pada dirinya sendiri. Tidak jarang, orang yang sombong pun tidak mampu mengakui kekuasaan dan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sejatinya berperan dalam kesuksesannya. Akibat hal ini, mereka akhirnya memiliki ambisi yang besar untuk menjatuhkan orang lain yang mungkin dianggap akan merugikan dirinya. Kondisi tersebut dapat terjadi lantaran mereka merasa bahwa orang lain berpeluang menjadi saingannya. Dikarenakan rasa takut ini, timbulah sifat dengki dan merasa tidak suka jika kesuksesan menyertai hidup orang tersebut.
Seluruh sikap ini, mulai dari kesombongan, tingginya ambisi, hingga kedengkian yang mendarah daging diyakini merupakan akar dari munculnya maksiat. Orang-orang yang hidup dengan kebiasaan buruk tersebut akan sangat mudah terjerumus pada perbuatan dosa. Oleh karena itu, kita khususnya umat Islam dilarang memelihara sifat yang berawal dari penyakit hati dan niat jahat. Hal yang sebaiknya kita lakukan adalah senantiasa menjaga ketakwaan dan keimanan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus memohon perlindungan dari-Nya. Perlindungan tersebut tak sekedar dalam bentuk fisik saja tapi juga mental agar tetap sehat dan jauh dari sifat buruk.